Rabu, 09 Oktober 2013

18


Alhamdulillah..
Hari ini (09 Oktober 2013) saya genap berusia 18 tahun.
Usia yang dikategorikan ‘dewasa’. Dewasa dalam hal berpikir, dewasa dalam merasakan, dan dewasa dalam bertindak. Meskipun saya belum bisa dikatakan seutuhnya menjadi seseorang yang dewasa, tapi saya selalu belajar untuk melakukan hal itu.  

18 tahun. Waktu yang cukup lama bisa tinggal di dunia yang fana ini. Apa yang sudah saya lakukan selama ini? Seajauh manakah peran saya di masyarakat untuk menjadi manusia yang bermanfaat selama ini? Renungkanlah ki. 

Disetiap awal waktu pergantian umur, saya tak pernah menyia-nyiakan hal ini. Bangun lebih pagi, kembali bersujud dihadapan-Nya. Bersyukur masih diberi umur, merenung akan hal yang telah dilakukan selama ini, meminta petunjuk-Nya, dan berdoa agar senantiasa melakukan hal yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama.

09 Oktober 2013, ada yang berbeda dihari ini. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Ya, jikalau tahun kemarin saya masih tinggal bersama orang tua saya, sekarang tidak. Saya sudah berada di kota lain, untuk kembali berjuang menggapai asa. Jikalau tahun kemarin saya masih bisa mendengar suara kedua orang tua saya disaat saya terbangun dari tidur, sekarang tidak. Jikalau tahun kemarin saya masih menerima sebuah pesan ucapan selamat yang dikirim pada dini hari, sekarng tidak. Sulit rasanya mengalami perbedaan itu, tapi inilah adanya. Harus bisa bertahan hidup dan menyesuaikan segala kondisi dan keadaan agar tetap hidup. 

Alarm ayam berkokok itu berbunyi…
Kembali terbangun, dan kembali beraktivitas sebagaimana anak rantau.
Tak ada pesan ucapan selamat saat itu, atau mungkin belum. Saya selalu menanti ucapan itu, ucapan selamat dan doa yang mereka sampaikan. Sangat berarti bagi saya dan kehidupan saya. Kembali merapihkan tempat tidur yang berantaka, dan bergegas mandi. Setelah itu, saya menghidupkan laptop, menghubungkannya dengan koneksi internet. Seperti biasa, sosial media menjadi hal favorit saya. Membuka akun saya, dan goresan indah dibibir itu mulai muncul, ucapan selamat pertama saya lihat. Ucapan itu dari kaka OSIS saya di masa SMA, “Sehat yaa di Kota orang.. Sukses studynya :D” senang rasanya. Kemudian, sahabat di SMA pun melakukan hal yang sama, “happy birtday ki smga diberikan kemudahan dlm urusannya dan yg penting sukses dunia akhirat :D”. Tak lama, teman-teman yang lain pun melakukan hal yang serupa. Akhirnya, saya balas satu per-satu ucapan dari mereka. Tidak fair rasanya jikalau mereka memberikan hadiah, namun saya tidak menerima dan mangucapkan terimakasih. Saya manusia sosial, yang masih memiliki moral. 

Tak berlama-lama dengan akun sosial media, saya kembali menghampiri tugas perkuliahan saya. Saya lakukan tugas dengan baik, agar mendapatkan hasi yang baik pula. Disela waktu mengerjakan tugas, phone itu kembali bergetar. Tak menyangka, dia mengucapkan selamat. Dia yang sempat singgah dihati ini, masih peduli terhadap saya dan kehidupa saya. Begitu pun saya. “Happy birthday yaa yang ke 18 semoga panjang umur, makin pinter, makin mandiri, semoga sukses. Amin”. Tak terasa, waktu dzuhur tiba, kembalilah saya bergegas sembahyang dan bersiap-siap ke kampus, karena ada jadwal kuliah siang itu.

Berjalan menuju fakultas, dibawah terik matahari. Dengan semangat yang terus menggelora. Semangat saya berkuliah setiap harinya harus semakin kencang. Menaiki tangga sampai lantai lima, tentulah menjadi rutinitas biasa. Tiba dikelas, dengan mengucap salam, saya duduk. “ki, happy birthday ya, ditunggu traktirannya” ujar arif dengan nada yang cukup keras. Sontak semua teman sekelas pun mendengar apa yang ia katakan. Sungguh, hal yang mengejutkan itu datang. Andyni, Devina, Lutfia, Sipa, Wilma, dkk. Datang menghampiri saya dan bersorak bersama mengucapkan ucapan selamat. Oh, ini benar-benar tak disangka. Mereka datang dengan cup cake berlilin dan kertas-kertas ucapan Happy Birthday Oki :*, Selamat Ultah Oki – Shine bright like a diamond <3, Happy birthday oki!! :) Mari menjarkom bersama J. Saya pun ber- make a wish dan meniup lilin tersebut. Kemudian tangan-tangan itu menghampiri dan mengucapkan selamat. Masih bingung harus berkata apa saat itu. Saya kira, hari ini akan berjalan sebagai mana biasanya. Tapi tidak, kejutan dari teman-teman Pendidikan Sosiologi sangat mewarnai hari itu. Kami baru saling mengenal  sekitar 2 bulan yang lalu, tapi saya merasa sangat dekat dan hangat bersama mereka, berwal dari Masa Bimbingan sampai Malam Bina Iman dan Taqwq lah yang mendekatkan kami semua. Makna dari ‘satu’ itu kian hari kian terasa. 




Senja mulai menampakan matahari di ufuk barat. Saya bergegas pulang ke kos.
Menyegarkan diri dengan mandi, dan kembali bersembahyang. Lalu, rasa lapar itu datang, kemudian saya memesan mie ayam baso ceker, tak ingin makan nasi saat itu, jadi memilih mie. Sembari menunggu pesanan, saya hidupkan kembali laptop dan akun sosial media. Tok tok tok, Donny (teman kos) datang menghampiri saya, dia tak tahu kalau saya berulang tahun hari ini. Tak lama, dia melihat kertas-kertas teman sekelas tadi siang, sontak dia kaget dan mengucapkan selamat kepada saya. Tak lama lagi, Sidik (teman kos) datang menghampiri juga. Sempat gaduh situasi saat itu, ketika mereka berdua meminta saya untuk mentraktir mereka. Sempat bergurau, akhirnya saya memutuskan untuk mentraktir mereka esok hari.
Pesanan mie itu datang, saya makan malam bersama teman-teman kos sambil membicarakan obrolan ringan. Kemudia, phone itu kembali bergetar, ternyata Nadya sahabat di masa SMA menelpon dan mengucapkan selamat. Dan seperti biasa, nadya selalu minta jatah traktirnya. Hobby sekali dia ini meminta jatah traktir, hehe.
Tak lama lagi, pesan itu masuk. Pesan dari Ibu, pesan yang saya nanti dari pagi. “Assalamulaikum, de lagi ngapain? De selamat ulang tahun ya. Semoga panjang umur, bahagian selalu sukses dan maju terus. Mudah-mudahan dede jadi anak yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Apa yang dede cita-citakan semoga tercapai”.

Selesailah hari ini. Hari baru dengan segala warna didalamnya.
Hari yang saya pikir akan terjadi sebagaimana mestinya, berbeda dengan apa yang saya pikirkan sebelumnya.
Di usia 18 ini. Saya berharap saya bisa menjadi dewasa yang seutuhnya. Bisa terus membagaikan orang tua sebagai tolak ukur kesuksesan hidup saya. Mengharumkan nama Almamater. Menggapai mimpi-mimpi saya berikutnya.  Dan senantiasa di berikan kesehatan, rezeki, serta bimbingan dan kekuatan oleh Allah SWT. Aaamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar