Perjuanganku dimulai sejak masuknya XII. Kenapa?
Semenjak masuk SMA, tidak mempunyai pikiran sama sekali
untuk kuliah. Sangat buta akan dunia perkuliahan. Bahkan, jurusan-jurusan yang ada di
Universitas pun aku tak tahu. Tadinya aku ingin melanjutkan pendidikan ke SMK,
tapi karena orang tuaku masih belum mengizinkan ku bersekolah jauh-jauh,
akhirnya orang tuaku memilihkan untuk melanjutkan ke SMA. Aku ini anak semata wayang. Dari SD, SMP,
hingga SMA, aku bersekolah di Kecamatan yang sama.
Bukan hanya itu, lulusan sekolah aku hampir 70% melanjutkan
kerja. Dan mungkin 30% yang melanjutkan kuliah.
Sempat terpikir olehku untuk melanjutkan kerja saja dahulu.
Aku berasal dari keluarga sederhana, dari mana orang tuaku
membiayaiku untuk melanjutkan kuliah?
Sungguh, itu pemikiran klasik. Pikiranku masih pendek
sekali waktu itu. Tapi, niat dan pikiran itu terbantahkan oleh guru geografi. Disela waktu belajar, saat itu masih kelas XI. dia pernah berkata:
“Kalian itu harus melanjutkan kuliah. Jangan tidak
melanjutkan kuliah. Kalian jangan memikirkan masalah biaya terlebih dahulu,
sekarang itu ada beasiswa yang namanya BidikMisi. Kalo kamu tidak mampu
mempunyai biaya kuliah, kamu akan mendapatkan beasiswa asalkan kamu masuk Universitas
tersebut. Tak hanya itu, kamu akan mendapatkan uang saku perbulannya”
Kata-kata pengantar nan sederhana itu, yang terus
mengingatkanku agar aku harus tetap kuliah. Aku termasuk siswa yang aktif di
sekolah kak jadi aku tak pernah berhenti untuk terus mencari informasi.
Itu bekalku yang pertama yang menghantarkanku untuk meraih
mimpiku.
Yang kedua, aku ini senag bermain Socia Media juga. Banyak
infomasi seputar kuliah yang aku dapat dari Socia Media salah satunya dari @info_SNMPTN dan @infomasukPTN. Saat itu kakak kelas retweet tentang SNMPTN. Rasa penasaran muncul,
dan akhirnya bekepo ria. Alhasil, aku
tahu kalo SNMPTN ialah salah satu jalur seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri.
Berbagai informasi telahku dapat. Dari kedua bekal tersebut, hati pun mulai
bulat. Kalau aku harus melanjutkan
kuliah!!
Tak terasa, waktu terus berjalan dan mengantarkanku memasuki pintu gerbang kelas XII. Orang bilang, pintu awal sebuah karier.
Aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk memperbaiki
nilai raport, di semester ini nilai raport harus maksimal, dan berharap agar
bisa lolos SNMPTN (Jalur Undangan).
Tersadar, bahwa nilai raport semester satu dan dua tidaklah bagus
bahkan bisa dikatakan biasa aja. Walaupun ada sedikit rasa percaya diri karena
di semester tiga dan empat menempati ranking 2 dan 1 di kelas, tapi hal itu tidak
menjamin bisa lolosnya SNMPTN. Apalagi penilaian SNMPTN dilihat melalu berbagai
aspek serta indeks sekolah.
Di awal semester 5 ini, aku mengikuti pelajaran dengan baik
dan terus bersungguh-sungguh. Persiapan Ujian Nasional dan SBMPTN (Jalur Tes Tulis) ku tata
agar se-seimbang mungkin. Saat itu, banyak teman-teman yang sudah mulai mnegikuti bimbingan belajar
di luar sekolah untuk persiapan Ujian Nasional, karena di sekolah biasanya mengadakan
bimbel persiapan Ujian Nasional di awal bulan November. Sempat minder karena banyak temen-temen
yang mengikuti bimbingan belajar diluar sekolah, aku ingin seperti mereka agar persiapanku lebih matang menghadapi Ujian Nasional. Mencoba meminta brosur ke salah satu tempat bimbingan belajar, dan memberanikan diri
untuk berkata kepada ibu, "mah, mau ikut bimbingan belajar persiapan Ujian Nasional di luar sekolah".
Tapi…. Apalah daya, ibuku tidak mengizinkan untuk mengikuti bimbingan belajar
di luar sekolah. Memang, rincian biayanya cukup besar bagi kelurga kami. Dan
akhirnya, keinginan itu hanya menjadi angan semata.
Berbagai rencana dan strategi ku tata sedemikian rapih
untuk menghadapi Ujian Nasional dan SBMPTN.
Aku membuat target, kalau bulan agustus ini, aku harus mempunyai buku latihan
dan soal-soal SBMPTN. Aku selalu menyisihkan uang jajan sekolah untuk membeli
buku itu. Tidak mau mererepotkan orang tua. Tapi, Uang yang ku kumpulkan
tak pernah mencukupi untuk membeli buku itu, karena banyaknya tugas-tugas dari
sekolah sehingga uang yang terkumpul dengan terpaksa aku gunakan. Aku tak pernah meminta uang kepada ibuku
untuk mengerjakan tugas, kalaupun harus meminta itu jarang-jarang karena uang simpananku
tak mencukupi.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Bulan oktober pun tiba.
Alhamdulillah. Aku mendapat infomarsi, kalau FISIP UI mengadakan
acara Try Out SBMTPN se – Jabodetabek dan Bandung. Kucoba untuk mengajak teman-temanku, tapi
sayang. Respon mereka tak selalu bagus, ada yang bilang “yaelah ki, masih lama.
Fokus UN aja dulu! Lebay lu ah” jleb deh. Ada yang mengabaikan perkataanku
karena mereka memang tidak minat untuk melanjutkan kuliah. Tapi, aku respon
dengan baik. Aku bilang kalo persiapan
kita lebih lama pasti kan lebih matang.
Persiapan menjelang Try Out terus dilakukan, terus
berlatih dengan buku yang baru ku beli itu. Aku latihan setiap pulang sekolah,
dan sebelum tidur. Dan tetap menyisihkan uang untuk bisa mengikuti Try Out tersebut
tanpa menambah beban orang tua. Enggan rasanya untuk menadahkan tangan, ketika aku sedang berjuang untuk membahagiakan mereka.
Waktu Try Out pun tiba, antara senang dan deg-degan bisa
mengikuti Try Out tersebut. Banyak pengalaman yang didapat, semakin tahu bagaimana
ketatnya persaingan SBMPTN nanti. Dan hasilnya? aku selalu bersyukur atas
segala apa yang ku dapat. Berada di urutan ke 333 dari 1500 lebih peserta se –
Jabodetabek dan Bandung. Temanku yang mengikuti Try Out juga ternyata hebat-hebat! Si K
diperingkat ke 249. Si D peringkat ke 429, tetapi si A ada diperingkat 1300. Tapi
hasil itu bukanlah suatu acuan, itu hanya se – Jabodetabek dan Bandung, bukan
se- Nasional!
Dan…. Bulan desember tiba.
Alhamdulillah^^ aku mendapat buku gratis latihan soal-soal
SBMPTN dari kak Riris. Dia seorang mahasiswa disalah-satu PTN di Jawa Barat,
dia seorang motivator terutama untuk kelas XII. Selalu memberikan nasihat,
bimbingan, dan pengalaman dia seputar SBMPTN. Banyak sekali ilmu yang didapat
darinya.
Sebelumnya, dia mengadakan kuis yang berhadiah buku
latihan soal-soal SBMPTN. Dan aku berhasil memenangkan kuis tersebut dengan
seorang perempuan asal Jember.
Aku semakin percaya diri untuk menembus pintu gerbang PTN
itu.
Di bulan ini juga, Alhamdulillah. Aku berhasil melukiskan senyuman terindah pada ibuku. Saat itu, hari ibu bertepatan
dengan pembagian raport semester ganjil. Semua orang tua diundang ke sekolah,
sebelum pembagian raport ada pengarahan dari Kepala Sekolah, semua orang
tua dikumpulkan dalam satu tempat, dan di penghujung acara tersebut, diumumkan
siswa-siswi terbaik kelas, dan jurusan.
Alhamdulillaah, Puji syukur. Aku mendapat
predikat siswa tebaik di kelas, dan terbaik di XII IPS. Sungguh, tak
menyangka akan hal ini. Senang rasanya, dipanggil untuk naik ke
atas panggung dan mengambil piagam penghargaan bersama ibu tersayang.
Di hari ibu, aku bisa memberikan hadiah yang terbaik untuk
ibuku.
Dan saat itulah aku merasakan bahwa: “Kerja Keras itu Tak
Akan Mengkhianati”
Sesampainya sampai di rumah ibu berbicara padaku
“pertahankan terus prestasimu nak! Ibu bangga kepadamu. Semangat terus untuk
menggapai cita-cita mu. Kamu tak usah memikirkan biaya, ibu dan bapak akan
berusaha terus mencari uang”
Aku diam tertegun,
dan sedih.
Aku harus bisa menggapai mimpi-mimpiku. Aku harus bisa terus
membuat orang tuaku bangga. Aku harus membuat mereka bahagia, sekarang dan
sampai mereka tua nanti.
Tahun 2013 pun datang. Jeng jeng! *drum roll*
Persiapan dan persiapan terus dilakukan. Latihan soal, mengikuti
Try Out diluar, doa dan ibadah terus dilakukan.
Diawal tahun ini, aku terus memotivasi diriku sendiri. Ku
tulis semua mimpi-mimpiku di secarik kertas kecil lalu ku tempelkan di papan mimpi di
kamar, agar disetiap bangun tidur, aku terus bersemangat untuk meraih
mimpi-mimpi tersebut.
Berbagai quote yang ku dapat, aku salin
lalu temple di papan mimpi.
Diawal tahun, antara bulan januari – februari. Aku masih
seimbangkan amunisi untuk Ujian Nasional dan SBMPTN. Namun, memasuki bulan maret – april
aku hanya fokus kepada persiapan Ujian Nasional. Kenapa? Karena saat itu aku mendapatkan
informasi dari Kemdikbud kalau nilai Ujian Nasional menjadi tiket untuk masuk PTN (Jalur SNMPTN). Bagaimana ini? Akhirnya ku putuskan untuk fokus Ujian Nasional.
Ujian Nasional tiba.
Inilah perjuangan awalku untuk menggapai mimpi-mimpiku. Aku
siap menghadapi Ujian Nasional, meskipun rasa deg-degan terus menyelimuti.
Banya godaan di Ujian Nasional sendiri, kunci misalnya. Tapi aku
tak pernah tergiur. 20 paket soal. Ngapain? Mending fokus. Kalo Ujian Nasional ciut, bagaimana SBMPTN? Aku tetap berpegang teguh pada pendirian.Sia-sisalah perjuanganku salma ini kalau harus dinodai dengan sebuah kunci.
“UN itu bagaikan Cacing, dan SBMPTN itu bagaikan Ular”
Ujian Nasional berlalu, langsung move on. Aku langsung sigap berpaling
kepada SBMPTN, karena sudah lama dia ku tinggalkan. Nah, disini. Setelah Ujian Nasional,
kegalauan itu muncul lagi. Lagi, brosur-brosur bimbingan belajar persiapan SBM itu
bertebaran dimana-mana. Banyak juga teman-temanku yang ikut bimbingan belajar. Aku iri,
Aku juga ingin mengikuti bimbingan belajar seperti mereka. Aku coba memberanikan diri kembali untuk
berbicara kepada ibu ku.
Dan, seperti biasanya, orang tuaku tidak mengizinkan dengan
alasannya seperti biasa.
“sekarang kamu coba belajar sendiri
aja dulu nak. “lahaulawalla”. Ibu sama bapak ada uang juga untuk persiapan kamu
ke Bandung. Belum ongkos, dan biaya hidupkamu disana.”
Sempat bingung.
Dlam perkataan itu, ada makna. Bahwa ibu percaya, kalo Aku pasti
akan ke Bandung. Dan menuntut ilmu disana. Orang tua suka memikirkan
apa yang tak pernah terpikirkan oleh ankanya.
Akhirnya, ku coba belajar sendiri. Dengan buku-buku soal
yang ku punya. Sempat bosan, karena belajar sendiri itu tidaklah selalu menyenangkan.
Apalagi disaat ada materi yang tak dimengerti.
Perasaan ingin mengikuti bimbel persiapan SBM itu pun muncul
lagi. Aku berputar pikiran, bagaimana caranya aku harus bisa mengikuti bimbingan belajar tanpa membebani orang tua. Terbesit
dalam hati, ingin menjual Hand Phone kesayangan untuk dijual dan uangnya untuk
tambahan biaya bimbingan belajar. Tapi aku tak berani mengambil langkah itu begitu saja.
Aku meminta izin terlebih dahulu pada ibu. Karena bagaimanapun handpone itu pemberian dia.
Sayang, ibu tak mengizinkan. Dia malah memarahiku.
Mungkin ibu kesal kepadaku, karena aku terlalu “memaksa”. Niat itu aku urungkan.
Aku terus belajar sendiri. Kenapa tidak meminta bantuan sama
temenmu yang ngerti? Sudah ku coba, sebelumnya selalu meminta diajari dia.
Bahkan sebelum masa-masa persiapan Ujian Nasional. Entah mungkin karena dia bosan. Setiap
aku menghubungi dia, tak pernah dia merespon.
Perjuangan ini tak boleh berhenti sampai disini. Aku terus
belajar sendiri. Aku harus bisa memahami materi-materi ini tanpa penjelasan
dari orang lain. Tapi hanya dari buku ini sendiri.
Alhamdulillah, materi demi materi pun mulai aku pahami.
Allah selalu memberi kemudahan bagi hambanya yang mau berusaha.
Tapi, tak selalu
materi ku pahami dengan baik. Matematika Dasar. Aku mengalami kesulitan dimateri itu. Aku terus mancari cara. Aku coba untuk menghubungi guru matematika
di sekolah, dan memintanya utk mengajari ku.
Awalnya, dia mengenakan tarif dan cukup besar harganya.
Sambil becanda di sms, aku meminta diskon. Dan membujuknya sambil
mambicarakan hal-hal ringan. Akhirnya dia mau mengajariku secara suka rela.
Setiap tiga hari dalam seminggu aku mengunjungi rumahnya, dengan
waktu yang tidak ditentukan. Kadang dua hari seminggu, atau satu hari seminggu. Ya,
aku bimbel mengikuti rutinitas dia. Kalo dia sempat dia mengajariku, kalau
dia sibuk bagaimana lagi, aku harus kembali belajar sendiri.
Tak terasa pengumuman Ujian Nasional tiba, deg-degan dengan hasil yang akan kulihat.
Tapi apapun itu, itulah perjuangan dan kemampuanku. Nilai
Ujian Nasional ku kecil.
Bingung, ini bagaimana? Tapi yasudahlah. Semuanya sudah
berlalu. Yang terpenting fokus pada cita-cita.
Jelang beberapa setelah pengumuman Ujian Nasional. Pengumuman SNMPTN
tiba. Rasa deg-degan itu muncul lagi. Aku berharap aku bisa lolos seleksi ini.
Antara percaya diri dan tidak.
Aku terus berdoa dan beribadah, aku mempunyai nazar. Aku
harus khatam qur’an sebelum pengumuman.
Di tiap seminggu menuju pengumuman, beberapa hari lagi
menuju pengumuman aku selalu bicara pada ibuku. Aku selalu minta doa dia.
Hari H pengumuman. Pengumuman itu dimajukan. Hari senin.
Saat itu aku diam dirumah dan terus berdoa,
taaaaaaaaaapiiiiiiiiiiiiiii. Temanku tiba-tiba datang kerumah. Ngapain? Ya.
Mereka mengajak main. Kemarinnya mereka memang sudah telpon aku. Tapi aku
menolak ajakan itu. Entah kenapa tiba-tiba meraka datang kerumah. Mereka bersikukuh
mengajakku main. Aku tolak terus, bahkan kami sempat berdebat dirumahku.
Memang kami sudah lama tak bertemu, mereka mengajakku
main bukan ke mall atau semacamnya. Mereka ngajakku ke tempat air
terjun Mereka sudah berkuliah dan kerja, ada yang mau UTS esok harinya, dia bilang mau
refreshing dulu katanya. Tapi tidak pas dengan kondisiku.
Bingung, mereka sudah
kerumah. Kalo aku tolak mereka, pasti perasaan mereka sangatlah tak nyaman.
Disaat pengumuman seperti ini, tidak mau membuat orang lain kesal kepadaku. Tapi aku tak mau bersenang-senang
sebelum ada kepastian
Dengan berat hati, aku ikut dengan mereka.
Di sepanjang jalan dan di tempat tujuan, aku merasa tak tenang, terus merengek dan meminta pulang lebih
cepat.
Akhirnya, kami pulang. Dan, hujan pun datang!
Kami basah kuyup. Sampai maghrib aku masih di perjalanan.
Sampai dirumah. Aku masuk angin, dan saat itu sedang shaum. Disaat kondisi badan seperti ini, belum melihat hasil pengumuman. Aku terus bicara pada ibuku, kalau aku
deg-degan, lalu ibu menyuruhku untuk mandi, sholat, lalu makan dulu sebelum
melihat hasil pengumuman. Nazarku sudah terpenuhi. Alhamdulillah aku
sudah khatam sebelum pengumuman.
Setelah semuanya selesai. Aku duduk diruang tengah,
bersiap-siap untuk melihat pengumuman. Dan ingin segera membalas sms
teman-teman yang menanyakan lolos atau tidak.
Mulai membuka hasil pengumuman..
Bismillah..
Seketika tulisan kata “MAAF” dalam kotak merah itu muncul. Diam tepaku.
“oki gagal bu”. Masih diam menatap layar
itu.
Tiba-tiba, ibuku merangkulku, dia menangis dan memelukku.
“yasudah, kamu harus sabar, ini yang tebaik untuk kamu. Ibu selalu
melihat usaha-usaha mu, tapi kali ini buka rezeki mu”
dengan nada yang tesedu-sedu itu, ibu berbicara padaku
sambil memelukku.
Hanya bisa terdiam, seketika air mata ikut mengalir. Tak
tahan melihat ibu sedih, tak tahan melihat ibu mengangis.
“Yaelah, ngapain dibawa sedih. Udah gak usah nangis. Perjalanan masih
panjang”. Celetuk bibi.
Tak mau berlarut-larut terus dalam kesedihan. Harus
terus berjuang untuk meraih cita-citaku, kembali fokus untuk mempersiapkan diri
menghadapi SBMPTN.
Karena gagal dalam SNMPTN bukanlah akhir dari segalanya!
Allah ingin melihat kerja kerasku yang lebih.
Aku terus membuat perubahan. Waktu belajar ku tambah
lagi dan lebih ekstra, serta doa dan ibadah harus dan perbanyakku lakukan.
Dan…
Pengumuman SBMPTN pun tiba. Jeng-jeng! *drum roll*
Di pengumuman ini, aku tidak lagi melakukan apa yang pernah
ku lakukan disaat menjelang pengumuman SNMPTN. Karena ku yakin, kalau ingin
mendapatkan hasil yang beda. Kita harus melakukan hal yang berbeda.
Aku tak selalu bicara pada ibuku lagi “bu, 1 minggu lagi
pengumuman. Deg-gedan ni” “bu, 1 hari lagi pengumuman. Deg-gedan”. Tidak! Ku
coba pendam rasa ini dalam hati, dan menenangkannya sendiri. Kalau
terus bicara pada ibuku, pasti beban pikiran ibu bertambah. Aku ini kan niatnya ingin membuat dia bahagia.
Lalu, mirip hampir mirip, lagi temanku mengajakku
ke mall. Meminta antar untuk membeli jam katanya, tapi untuk yang ini ku tolak dengan
biak-baik.
Dan, beberapa jam menuju pengumuman. Ibu minta anter ke
pasar, sore waktu itu.
Aku mengantarkan ibuku terlebih dahulu, twitter sudah ramai
kalo pengumuman sudah bisa di akses. Bunyi sms juga mulai datang satu-persatu
menanyakan hasil penngumuman.
Sempat ingin buka pengumuman di pasar, tapi. Ah! Kondisinya
tak enak. Masa buka pengumaman di pasar
Sesampainya di rumah, langsung bersiap-siap.
Sudah berada di depan layar sendiri, ibu di kamar mandi
sedang mencuci, bibi belum pulang kerja, sama bapak juga.
Dengan rasa deg-degan, dan bismillah, ku buka web itu.
Dan…
Segala Puji Bagi Alla.Tulisan “SELAMAT” itu muncul di kotak berwarna biru, bukan
kotak berwarna merah lagi.
Seketika itu aku langsung diam, tak percaya, aku langsung
berteriak pada ibuku yang di kamar mandi “bu, aku lolos bu. Aku lolos” dan air
mata itu, mengalir dengan sendirinya keluar.
Aku langsung menghampiri ibu ke kamar mandi. Ibu kaget
mungkin, melihatku menangis sambil berkata yang kurang jelas. Tapi akhirnya ibu mengerti
kalo aku lolos SBMPTN. Pendidikan Sosiologi - Universitas Penididikan Indonesia.
Aku langsung merangkul ibuku, dengan penuh air kebahagiaan.
“iya Alhamdulillah, ibu seneng mendengarnya”.
“iya bu, Alhamdulillah usahaku selama ini tidak sia-sia bu”
“iya, kamu bangun setiap pagi, puasa, pasti kamu mempunyai
maksud, Allah mendengarkan doamu nak”
Peristiwa itu, takkan pernah terlupakan .
Yang tadinya ibu merangkulku disaat ku gagal. Kini aku
merangkul ibuku disaat aku berhasil :))